- KilasPoin
- Posts
- KilasPoin #4 Distorsi Realitas Lapangan
KilasPoin #4 Distorsi Realitas Lapangan
Mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin.
KilasPoin #4
Distorsi Realitas Lapangan
Selamat sore pembaca buletin mingguan Kilas Poin.
Hari ini kita akan membahas tentang topik “Distorsi Realitas Lapangan” dari buku Steve Jobs karya Walter Isaacson.
Mari kita mulai.
Gambaran Singkat
Steve Jobs dikenal sebagai seorang perfeksionis dengan standar yang sangat tinggi, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Salah satu contoh paling jelas adalah ketika Jobs memberikan perintah yang tampaknya tidak masuk akal kepada timnya, seperti saat ia meminta agar komputer Macintosh selesai dalam waktu kurang dari satu tahun. Tuntutan tersebut begitu ekstrem, tetapi Jobs tetap meyakini bahwa itu adalah hal yang bisa dicapai.
Dari sini, para rekannya mulai menyebut perilaku Jobs sebagai distorsi realitas lapangan, sebuah istilah yang berasal dari Star Trek—dalam episode The Menagerie, para alien menciptakan dunia baru mereka sendiri hanya dengan menggunakan kekuatan mental mereka. Istilah ini menggambarkan bagaimana Jobs menciptakan dunia idealnya sendiri, di mana waktu, aturan, dan batasan tidak berlaku untuk dirinya.
Jobs bahkan merasa dirinya adalah orang istimewa, setara dengan tokoh-tokoh besar seperti Gandhi dan Einstein. Ia memiliki kepercayaan yang luar biasa tinggi pada dirinya sendiri, hingga ia merasa bahwa hukum-hukum alam atau logika bisnis tidak berlaku baginya. Kepercayaan diri yang tinggi ini kadang menimbulkan situasi yang penuh tekanan bagi timnya, karena gaya Jobs yang merasa mampu melakukan apapun bisa membuat orang lain tersinggung atau merasa tidak nyaman. Tekanan yang tinggi dan tuntutannya yang ekstrem menciptakan lingkungan kerja yang menantang, di mana tidak semua orang bisa mengimbangi ambisinya.
Namun, ada sisi positif dari gaya kepemimpinan ini. Jobs mampu memacu kinerja timnya untuk selalu berpikir menantang status quo, berusaha membuat terobosan baru, membuat sesuatu yang terlihat mustahil.
Refleksi Personal
Saya tidak merasa seperti orang hebat, seperti yang mungkin diyakini Steve Jobs tentang dirinya. Tetapi, pengalaman saya menaklukkan hal-hal yang awalnya terasa mustahil, memberikan makna tersendiri bagi saya mengenai konsep distorsi realitas lapangan.
Dulu, saya sering melihat YouTuber seperti Hamza atau Jordan Peterson yang bisa berbicara dengan percaya diri di depan kamera tanpa mengandalkan editing.
Mereka tampak memiliki bakat alami dalam berbicara, dan saya sering berpikir,
“Kapan ya bisa seperti mereka?” Bahkan, saat itu saya merasa itu sangat mustahil.
Saya adalah seorang introvert, tanpa pengalaman dalam komunikasi atau public speaking.
Selama 30 tahun saya hidup, saya tidak pernah tampil di depan publik.
Ketika memulai channel YouTube, awalnya pun saya tidak berani menampilkan muka, saya selalu membuat konten dengan style voice over yang penuh dengan editing.
Bahkan ketika akhirnya berani menampilkan diri saya, saya selalu mengandalkan editing untuk mempermudah pekerjaan saya.
Rasanya, kalau boleh membayangkan, level saya sangat jauh untuk bisa berbicara di depan kamera tanpa harus diedit seperti youtuber panutan saya tadi.
Namun, seiring waktu, saya dihadapkan pada musibah, PC saya terus-menerus crash setiap kali saya mencoba mengedit video.
Dari situ, saya tidak punya pilihan lain selain untuk berhenti bergantung pada editing dan fokus untuk berbicara lebih baik di depan kamera.
Prosesnya memang sangat berat, penuh tantangan, dan saya harus terus meyakinkan diri saya, "Saya pasti bisa."
Kini, saya sudah bisa berbicara lebih dari 20 menit tanpa perlu mengedit video saya.
Proses ini mengajarkan banyak hal. Kadang, kita terlalu sering membatasi diri kita hanya karena pandangan kita tentang apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan.
Seperti halnya Jobs yang menciptakan distorsi realitas lapangan untuk mewujudkan visinya, saya belajar bahwa dengan keyakinan dan latihan, kita bisa mengubah hal-hal yang awalnya terasa mustahil menjadi kenyataan.
3 Poin Penting
[Point 1] — Menantang Diri Anda
Distorsi realitas tidak hanya berlaku untuk menciptakan produk sehebat iphone/iMac, tapi ini juga dapat untuk menantang batasan pribadi. Seringnya kita terlalu membatasi diri dengan pandangan tentang apa yang "mungkin" atau "tidak mungkin".
Praktikkan: Tanyakan pada diri Anda: "Apa satu hal yang saya anggap mustahil, namun jika saya ubah cara pandang saya, bisa saya capai?" Ambil langkah kecil Anda.
[Point 2] — Ciptakan Narasi Positif untuk Diri Anda
Distorsi realitas Jobs berakar pada keyakinan kuat bahwa dirinya bisa menciptakan dunia sesuai visinya. Anda bisa mengaplikasikan ini dengan menciptakan narasi positif untuk diri sendiri yang mendukung perjalanan Anda, bukan narasi yang membatasi.
Praktikkan: Tulis cerita diri Anda seperti seorang pahlawan. Pikirkan tantangan yang Anda hadapi dan bagaimana Anda mengatasinya, atau bisa mengatasinya, dengan tekad dan keyakinan yang lebih besar.
[Point 3] — Menjadi Problem Solver
Saat menghadapi sebuah masalah, kita sering terlalu berfokus pada masalah tersebut.
Daripada menggerutu terhadap sesuatu yang tidak bisa kita lakukan, cobalah untuk mengubah fokus Anda pada solusi kreatif yang bisa dihasilkan
Praktikkan: Setiap kali Anda berada di dalam sebuah masalah, coba ubah fokus Anda pada solusi yang bisa dilakukan di luar masalah tersebut. Seperti yang saya alami ketika saya memiliki masalah editing, saya tidak mencoba untuk mengatasi dari masalah editing itu sendiri, saya mengambil sudut lain yang bisa menjadi solusi kreatif yang lebih baik.
"The people who are crazy enough to think they can change the world are the ones who do."
Top Link
Pelajari cara mencapai 1.000 subscriber di kursus gratis 5 hari membangun channel YouTube bagi usia 30-an (Link)
Tantangan menulis e-book dengan mudah dan menyenangkan dalam 7 hari
(Link Afiliasi)
Sampai jumpa minggu depan!
Nanda KilasPoin
Purworejo Jawa Tengah